PILPRES 09 : KETERPANGGILAN UNTUK MENGABDI


PILPRES 09 : KETERPANGGILAN UNTUK MENGABDI
oleh : Andre Yuris/ Pemerhati Komunikasi dan Pendidikan Politik

calon-presiden-wakil-presiden-indonesia-2009-2014Genderang sudah ditabuhkan, pasukan sudah siap sedia, siap bertarung dalam laga demokrasi memperebutkan tahtah RI 1. Laga sudah ditetapkan, semua mata tertuju pada tanggal 8 juli 2009 dimana kita akan menentukan tampuk kepemimpinan nasional untuk lima tahun kedepan. Tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden sudah ditetapkan, tiga pasangan yang akan bertarung merebut kepercayaan rakyat.
Gebyar janji, adu strategi dan saling menyerang sudah biasa terjadi dalam proses ini. Dalam beberapa minggu terakhir ini, hampir tidak ada media masa yang absen memberitakan perihal langkah, tindak tanduk mereka dalam merebut simpati rakyat. Begitupun kita sebagai rakyat, tentu sudah biasa ngerasani ke tiga pasangan capres dan cawapres. Ngerasani memang hak kita, hak sebagai warga negara untuk berpendapat secara kritis, karena bagaimanapun ini berkaitan dengan nasib kita bersama kedepan.

Sikap kritis dan kebebasan berpendapat adalah salah satu pilar dalam demokrasi, selain merupakan bentuk partisipasi politik, berpendapat adalah peluang unutk mendorong perubahan. Perubahan yang baik bagi seluruh rakyat. Salah satu perubahan yang menjadi hakekat Pemilu adalah perubahan kepemimpinan nasional. Perubahan kepemimpinan yang bukan hanya pergantian dari satu orang kepada yang orang baru tetapi kepemimpianan baru yang menjamin kesejateraan rakyat dalam bingkai Indonesia. Continue reading PILPRES 09 : KETERPANGGILAN UNTUK MENGABDI

Daya (ke)Pelopor-an (Sebuah catatan reflektif)


Daya (ke)Pelopor-an (Sebuah catatan reflektif)
Oleh : Andre Yuris/ Kord. Tim Relawan Pendidikan Politik-TRPP/ Komisi Kepemudaan Keuskupan Surabaya.

Andre YurisSempat dirisaukan kalau pendidikan politik ibarat barang dagangan stok lama yang kemungkinan untuk laku sangat kecil. Sebagai barang yang susah laku, penjual tentu tidaklah perlu memasang target yang muluk . Kerisauan, yang dalam hemat saya sangat wajar bila melihat dinamika kehidupan orang muda. Walaupun tertatih-tatih, toh pada prosesnya ternyata barang yang awalnya sulit dijual ternyata direspon positif alias laku. Semua indah pada waktunya, begitu kira-kira ungkapanya. Yang perlu disadari bersama adalah, respon positif ini tentu tidak muncul semerta-merta, tidak juga muncul tanpa daya. Dia lahir dari upaya dan tindakan bersama, dia juga lahir dari daya yang terpancar dari tiap pribadi dan komunitas.

Apa jadinya daya bila tidak diberdayakan ?, bisa jadi daya itu akan lenyap atau mungkin berubah kearah yang justru merusak. Segala kemungkinan bisa terjadi. Dari pengalaman dan perjumpaan selama proses pendidikan politik, disadari bahwa daya yang menguatkan dan mendorong setiap pribadi dan komunitas untuk terlibat perlu dihidupi bersama.

ke-Pelopor-an
Pelopor, istilah yang di pilih Romo Cuncun untuk menggambarkan daya yang ada dalam setiap pribadi dan komunitas OMK. Pilihan istilah yang secara pribadi saya akui menggelitik dan terasa keras. Pelopor dalam benak saya hanya bisa dilekatkan pada orang-orang super seperti Thomas Alfa Edison, Dr. Soetomo, Ki Hadjar Dewantara dan sederet nama besar lainya yang secara nyata membuka jalan bagi generasi selanjutnya dan memberikan dampak positif bagi orang lain. Apakah OMK yang menjadi penggiat pendidikan politik wajar menyandang predikat sebagai pelopor?. Continue reading Daya (ke)Pelopor-an (Sebuah catatan reflektif)