WACANA DAN IDEOLOGI


WACANA DAN IDEOLOGI
A. Wacana
Kita sering mendengar dan membaca kata wacana dari buku, mass media maupun dalam pembicaraan. Kata wacana sering dikaitkan dengan politik, filsafat, demokrasi, masyrakat madani dan sebagainya. Singkatnya kata wacana adalah kata popular yang sering dipergunakan. Saking seringnya penggunaan kata wacana, kadang baik sadar ataupun tidak bukannya semakin jelas tapi manjadi rancu dan membingungkan.
Penggunaan kata wacana yang cukup popular berkonsekuensi pada banyaknya iterpretasi terhadap makna kata tersebut. Ada yang mengartikan kata wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat; ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan atau diskursus. Kata wacana juga digunakan dan dimakani secara beragam di setiap disiplin ilmu.
Pemaknaan kata wacana dalam hal ini tidak lagi tergantung pada leksikon (kamus). Kamus tidak bias lagi ditempatkan sebagai alat pemaknaan tunggal terhadap kata-kata. Penggunaan kata wacana secara luas dalam berbagai disiplin ilmu dalam dilihat dalam table berikut.

Wacana : 1).Komunikasi verbal, ucapan, percakapan. 2). Sebauah perlakuan formal dari subyek dalam ucapan maupun tulisan. 3). Sebuah unit teksyang digunakan oleh lingis untuk mengalaisis satuan lebih dari kalimat.
(Collins Concise English Dictionary, 1998)
Wacana : 1). Sebuah percakapan khusus yang alamiah formal dan percakapanaya diatur pada ide dalam ucapan atau tulisan. 2).Pengungkapan dalam bentuk sebuah nasihat, risalah, dan sebagainya.
(Longman Dictionary of English Language, 1984)
Wacana : 1) Rentetan kalimat yang berkaitan, yang menggabungkan proposisi yang satu dengan yang lainya, yang menbentuk kesatuan sehingga terbentuklah makana yang serasi diantara kalimat. 2) Kesatuan bahasa yang terkengkap dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat dan klausa dengan dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis.
(J.S Badudu,2000)
Analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat pada bahasa lisan, sebagai mana banyak terdapat dalam wacana seperti percakapan, wawancara, komentar dan ucapan.
(Crystal 1987)
Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
(Hawthorn, 1922)
Wacana adalah komunikasi lisan atau tuliasan yang dilihat dari titik pandangan kepercayaan, nilai dan kategori yang masuk didalamnya; kepercayaan, disisi lain mewakli pendangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman.
(Roger Fowler,1977)
Wacana; kadang kala sebagai bidang dari semua pernyataan (statetment) kadang kala sebagai individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang kala sebagai politik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.
(Foucault 1972)
Sumber: Disarikan dari Sara Mills, Discourse, London and New York, Routledge, 1997,hal 1-8. J.S Badudu. “ Wacana“ Kompas, 20 Maret 2000, dalam Heriyanto, Analisis Wacana (Pengantar Analisis Teks Media), LKIS,2005 , hal 2.

Diferensiasi pemaknaan berdasarkan disiplin ilmu, seperti dalam ilmu sosiologi dan linguistik. Dalam ilmu sosiologi wacana menunjukan terutama pada hubungan antara konteks social dari pemakaian bahasa. Sedangkan dalam studi linguistik wacana menunjuk pada kesatuan bahasa yang lengkap yang umumnya lebih besar dari kalimat baik disampaikan secara lisan maupun tulisan.
Dalam studi Psikologi social wacana diartikan sebagai pembicaraan. Wacana yang dimaksudkan disini mirip dengan struktur dan bentuk wawancara. Sedangkan dalam ilmu politik wacana adalah praktik pemakaian bahasa terutama politik bahasa. Artinya, bahasa adalah aspek sentral dari penggambaran suatu subyek dan melalui bahasa ideologi tersamarkan.
Mengingat pentingnya kata wacana dalam penelitian ini, peneliti akan merumuskan pemaknaan kata ini, berdasarkan kebutuhan analisis wacana. Peneliti akan mengadopsi pemikiran Mohamad A.S Hikam untuk memberikan arahan. Ada beberapa padangan yang dimaksud:1 1) Positivisme Empiris, wacana dikaitkan dengan tata aturan kalimat, bahasa dan pengertian bersama atau wacana dilihat berdasarkan pertimbangan kebenaran atau ketidakbenaran sintaktik dan semantik. 2).Konstruktivisme, yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi memandang wacana sebagai suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subyek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan itu dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna pembicara. 3). Pandangan Kritis mengkoreksi pandangan konstruktivisme yang tidak peka pada proses produksi dan reproduksi makna secara historis dan istitusional. Wacana berdasarkan pandangan kritis menekankan pada konstelasi kekekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Artinya, individu bukanlah subyek netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai pikiranya, tetapi berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Bahasa dalam hal ini,. Bukanlah medium netral tetapi representasi yang berperan membentuk subyek, tema wacana dan strategi-strategi yang ada didalamnya.
Dalam kaitannya dengan analisis wacana kritis yang dipakai pada penelitian ini, wacana dipahami sebagai upaya membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa, batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana dan topic apa yang dibicarakan. Wacana melihat bahasa (secara lebih spesifik teks) selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, pembentukan subyek dan berbagai tindakan individu (representasi) dalam masyarakat. Dalam praktiknya wacana menghasilkan hubungan dialektis antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi institusi dan struktur sosial yang membentuknya.
Wacana adalah medium ideologi yang dapat memproduksi hubungan kekuasaan yang timpang antara kelompok dominan/mayoritas dengan tidak dominan/minoritas dimana perbedaan tersebut di representasikan dalam praktik sosial. Perspektif kritis merupakan pandangan yang kan diguanakan untuk melihat wacana serta membuka dan membongkar praktik sosial ideologi yang disamarkan melalui wacana. Perspektif kritis yang digunakan untuk menganalisis wacana disebut Analisis Wacana Kritis-Critical Discourse Analysis/ CDA.
B. Ideologi.
Bagaimana manusia memaknai teks? Dan bagaimana pemaknaan seperti itu pada teks?. Menurut Jhon Fiske, makna teks tidak intrinsik dalam teks. Alasannya adalah sesorang yang membaca suatu teks tidak menemukan makna dalam teks karena yang ditemui dan dihadapi adalah pesan yang ada dalam teks. Makna meurut Fiske adalah hasil produksi aktif dan dinamis oleh pemirsa maupun pembaca. Bagaimana dengan ideologi? Apakah ideologi bekerja seperti seperti proses pemaknaan teks?.
Tetapi sebelum melangkah lebih jauh, penulis mencoba menyusun rangkaian pemahaman atas ideologi yang akan sering digunakan dalam analisis wacana kritis terhadap buku The Secret. Secara lebih jelas, rangkaian tersebut ada dalam tabel berikut.
Sumber
Makna
Epistimologis
Ideologi berasal dari kata bahasa Yunani idea (ide atau gagasan) dan logos (studi tentang ilmu penegtahuan); Inggris, ideology.
Metafisika
Ilmu penegtahuan tentang ide, studi tentang asal usul ide
Modern
1). Arti Perioratif (negatif) sebagai teorisasi atau spekualasi dogmatik dan khayalan kosong yeng tidak betul atau ridak realistis, atau bahkan palsu dan menutup-nutupi realiats yang sesungguhnya.
2) Arti Melioratif, ideologi adalah sistem gagasan yang mempelajari satuan keyakinan-keyakianan dan hal-hal ideal filosofis, ekonomis, politik dan sosial.
Destutt de Tracy
Memperkenalkan istilah idologiste untuk mencirikan filsuf yang seperti dirinya sendiri, mengembalikan ide-ide pada kesan-kesan tempat asal ide. Ideologi dianggap sebagai cabang filsafat
Marx dan Eagles
Mengacu pada seperangkat keyakinan yang disajikan sebagai obyek, padahal tidak lain tidak bukan hanya mencerminkan kondisi material masyarakat.
Karl Mannheim
Menunjuk pada seperangkat kepercayaan, dimana terdapat perbedaan
Quine
Ideologi merupkan sinonim makna
Sumber : Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia, 1996, hal 306-307.
Pendapat lain tentang ideologi, berasal dari Raymond William yang mengkalasifikasikan ideologi dalam tiga ranah 2.) Sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu. Definisi ini dipakai dalam ilmu psikologi yang melihat ideologi seperangkat sikap yang dibentuk dan diorganisasikan dalam benak yang koheren (prinsip, relasi, aturan, konsep). Walaupun dimaknai sebagai sikap sesorang, ideologi disini tidak dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam didiri individu, melainkan diterima dari masyarakat. 2). Sama dengan pendapat Marx dan Eagles, yang mendefinisikannya sebagai sistem kepercayaan yang di buat-ide palsu atau kesadaran palsu yang bisa di pertentangkan dengan pengetahuan ilmiah. Ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau dominan mengganakanya untuk mendominasi keolmpok lain yang tidak dominan. 3). Proses umum produksi makna dan ide. Ideologi digunakan untuk menggambarkan produksi makna.
Dari definisi ditas, lantas bagaimana mengetahui ideologi yang tersamar dalam teks?. Marx dan eagles memaknai ideologi sebagai bentuk kesadaran palsu ; artinya kesadaran tersebut adalah kesadaran sesorang, siapa mereka dan bagaimana mereka menghubungkan diri dengan masyarakat dan bagaiana diproduksi (oleh masyarakat tentunya, tidak secara alamiah dan biologis). Singkatnya kesadaran tentang realitas sosial atau wacana dalam penelitian ini ditentukan oleh masyarakat.
Lantas bagaimana relasi seseorang dan masyarakat atau dalam konteks penelitian ini antara penulis dan pembaca. Menurut Stuart Hall, ada tiga bentuk hubungan antara penulis dan pembaca dan bagaiman pesan / wacana itu dibaca diantara keduanya3. Pertama, posisi Pembaca Dominan (Domminant Hegemonic/ position), merupakan posisi di mana penulis menggunakan kode-kode yang bisa diterima umum sehingga pembaca akan menafsirkan dan membaca wacana tersebut sama dengan penulis.
Kedua, pembacaan yang di negosiasikan (negotiated code-position). Dalam posisi ini, tidak ada pembacaan yang dominan, yang terjadi adalah wacana yang disampaikan penulis ditafsirkan secara terus menerus diantara kedua belah pihak.
Ketiga, pembacaan oposisi (oppositional code-position); merupakan kebalikan dari posisi pertama. Pada poisisi ini, menggunakan situasi, budaya atau kepercayaan umum sehingga pembaca akan menggunakan sistem budaya atau kepercayaan sendiri.
Dalam konteks pembacaan ideologi ini menjadi penting untuk melihat posisi ideologi penulis maupun pembaca. Pembacaan dominan atas wacana terjadi kalau penulis dan pembaca mempunyai ideologi yang sama. Adanya ideologi yang sama menyebabkan tidak ada pandangan yang berbeda antara penulis dengan pembaca.
Bagaimana jika pembaca memiliki ideologi yang berseberangan? Yang terjadi adalah proses negosiasi wacana dimana pemaknaan terhadap wacana dikembalikan kepada pembacaan masing-masing. Kondisinya berbalik ketika ideologi dominan entah penulis dan pembaca. Ideologi dominan penulis mengakibatkan terjadinya penetrasi ideologi sehingga menjadi sama dengan penulis. Apabila ideologi dominan tersebut ada pada pembaca maka transformasi dan komunikasi ideologi tidak terjadi. Lebih sederhana ada pada tabel berikut:

PEMBACA TEKS
IDEOLOGI

PENULIS
PEMBACA
DOMINAN
+
+
NEGOSIASI
_
+
OPOSISI
_
_
Sumber : Stuart Hall dalam Eriyanto, Analisis Wacana (Pengantar Analisis Teks Media), LKIS, 2005, hal 98.

Kalau Stuart Hall menggambarkan hubungan penulis dan pembaca dan pembacaan teks maka pertanyaan berikutnya adalah bagaimana penggambaran ideologi?. Antonio Gramschi membangun teori tentang hegemoni, yang menekankan bagaimana penerimaan kelompok tidak dominan terhadap kehadiran kelompok dominan yang berlangsung dalam proses dominasi tanpa represifitas.
Konsep hegemoni menegaskan bahwa kekuatan dan dominasi kapitalisme tidak hanya melalui dimensi material dari sarana ekonomi dan relasi politik, tidak juga kekuatan (force) dan hegemoni. Konsep hegemoni menekankan perluasan dan pelstarian “kepatuhan aktif” (secara sukarela) oleh keolmpok yang dominasi oleh kelas penguasa melalui penggunaan kepemimpinan intelektual, moral dan politik. Hegemoni menekankan pada bentuk ekspresi, cara penerapan dan megembangkan diri melalui kepatuhan sehingga upaya itu mempengaruhi dan membentuk alam pikiran.
Raymond William mengklasifikasikan dua saluran kerja hegemoni yaitu ideologi dan budaya. Melalui hegemoni, ideologi kelompok dominant dapat di distribusikan dan nilai kepercayaan dapat di tularkan. Ideologi hegemoni menyatu dan tersebar dalam praktik kehidupan, presepsi dan pandangan sebagai sesuatu yang dilakuakan dan dihayati secara sukarela.
Dari beberapa perspektif yang disampaikan sebelumnya, jelas bahwa teori ideologi memandang semua teks dan semua makna mempunyai dimensi sosial politik dan tidak dapat dipahami jika tidak meyertakan dimensi tersebut. Teori ideologi sepakat bahwa ideologi bekerja untuk dominasi kelas, perbedaanya hanya pada cara dominasi itu bekerja dan tingkat efektifitasnya. (andrewednes@yahoo.co.id/ http://www.: andreyuris.wordpress.com)
Oleh : Yulianus Andre Yuris, Jurnalis Majalah Keluarga Katholik HARMONI Keuskupan Surabaya, Volentir KOMKEP Surabaya.