Tag Archives: ARTIKEL

JJS : Situs Airlangga, Belahan Jowo*


Candi Tetek situs belahan

Jalan-jalan Sejarah (JJS) di Situs Belahan, dari Gapura hingga Petirtaan Belahan. Berlokasi di sisi timur gunung Penanggungan, tepatnya di Dusun Belahan Jowo, Wonosunyo, Kecamatan Gempol. Situs ini dikisahkan sebagai peninggalan Airlangga. Situs yang membentang sepajang lereng Gunung Penanggungan dan dianggap sebagai salah satu episentrum kepercayaan kerajaan masa lampau.

Sama seperti tempat serupa dilokasi lain, Petirtaan ini jadi daya tarik wisata. Banyak pengunjung datang dengan maksudnya sendiri-sendiri. Ada yang berdoa dan percaya airnya berhasiat, belajar dan ada pula yang numpang mandi.  Ada juga yang sekadar berhenti melihat keramaian. Mereka  hadir dengan kelakuan beragam, mulai  dari menghormati, takut dan kadang tidak sopan dan jahil.  Seperti halnya Borobudur agung yang kerap dilecehkan,  apa daya candi kecil di pelosok.

Dean MacCannel tahun 1992 menulis: “pariwisata tidak semata sebuah agregasi dari aktivitas-aktivitas komersial semata; ia juga merupakan sebuah pembentukan ideologi sejarah, alam dan tradisi; sebuah pembentukan yang memiliki kekuasaan untuk membentuk kembali budaya dan alam agar sesuai dengan keinginan-keinginannya sendiri.”

Mau diapakan situs seperti ini, sangat bergantung pada relasi kekuasaan yang ada dimasyarakat. Bila pemilik kuasa dipandu aktivitas komersial maka akan eksplotatif. Juga bila pemilik kuasa oposan dari tradisi dan kebudayaan masa lalu akan jadi destruktif. Pilihan yang terbatas tentunya.

Apakah relasi ini bisa dinegoisasi?. Pesimis bila melihat catatan keretakan hubungan komersialisasi, kepercayaan dominan versus budaya asli dan keselarasan. Seperti hal yang lagi ramai dibicarakan yaitu  Borobudur. Bikhu Buddha Tibet asal Nepal, Geshe Tenzin Zopa menyentil wisatawan “Mereka hanya menjawab Borobudur itu indah. Tidak menjelaskan Borobudur indahnya seperti apa,”. Ia mau mengatakan wisatawan tidak paham Borobudur.

Kelompok optimis akan berpendapat “ Bali buktinya bisa mempertahankan kemagisan ditengah komersialisasi”. Nada ini cukup spekulatif karena Bali memeliki relasi kekuasaan yang unik. Bali dikuasai masyarakat Hindu yang dengan sendirinya menjaga keselarasan dengan alam, budaya, agama dan sejarahnya. Dan itu sudah selesai bagi masyarakat Bali.

Boleh jadi di Bali semuanya terjaga selaras dan harmonis. Namun bentangan peninggalan ini dari Sumatra hingga Jawa. Artinya sebagian besar ada di luar Bali.  Apakah ada solusi ?. Ada tentunya, meski minimal. Pengunjung yang melek sejarah, memberi contoh dan mau membagi cerita dibalik situs secara luas (literasi sejarah). Wisatawan yang melek sejarah budaya tentu tidak akan membiarkan batu bata candi diprotoli  untuk membangun sarana ibadat agama lain seperti yang terjadi di situs Airlangga.

Andre Yuris –NERA ACADEMIA Surabaya.

#NERAACADEMIA , WORKSHOP MARATHON 2015, SESSION 1*


NERAACADEMIA telah melakukan kajian terhadap anggota dan simpatisan komunitas selama tahun 2014 . Kajian dilakukan dengan FGD (Focus Group Discusion), diskusi tematik, sharing dan analisis notulensi kegiatan. Kajian difokuskan pada hal-hal yang dianggap mempengaruhi anggota komunitas dalam upayanya meningkatkan kualitas hidup. Kualitas hidup adalah presepsi seseorang terhadap keadaan sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan dan niatnya.
Kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper (1999) antara lain terdiri dari: gejala fisik, kemampuan fungsional (aktivitas), kesejahteraan keluarga, spiritual, fungsi sosial, kepuasan terhadap pelayanan (termasuk masalah keuangan), orientasi masa depan, kehidupan seksual, fungsi dalam bekerja. Dari sembilan hal ini hasil analisa menujukan bahwa peringkat perhatian berdasarkan urutan adalah 1. Kemampuan fungsional, 2.Kesejahteraan keluarga, 3. Orientasi masa depan, 4. Fungsi sosial.
Hasil analisis menujukan dua subyek yang berpengaruh adalah 1. Kecakapan mengelolah keuangan pribadi dan bisnis, 2. Kecakapan memanfaatkan media teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung aktivitas pekerjaan, bisnis dan kegiatan sosial. Dua hal yang kemudian kami sarikan menjadi dua kemampuan yaitu : Financial Literacy /Kecakapan Keuangan dan Media Literacy/ Kecakapan ber-Media. Dua LITERACY/KECAKAPAN inilah yang akan menjadi perhatian kami agar anggota komunitas saling mendorong dan menolong dirinya untuk meningkatkan kualitas hidup.
IDE DASAR : KECAKAPAN
Literasi/literacy dalam pengertian umum adalah KECAKAPAN memahami, menganalisia dan mendekonstruksi subyek atau obyek tertentu. Kecakapan ini ditujukan agar seseorang atau komunitas sebagai pembuat dan pemakai/konsumen menjadi sadar (melek) tentang cara obyek atau subyek tersebut dikonstruksi (dibuat) dan diakses untuk tujuan yang baik. Literasi /kecakapan dalam prakteknya menyangkut tiga kemampuan dasar yaitu see, judge and act (melihat, menganalisa dan melakukan).
Financial Literacy/Kecakapan keuangan merupakan kemampuan untuk memanhami uang bekerja bagai mana seseorang mendapatkanya, mengelolahnya, dan mengambil keputusan berkaitan dengan uang. Singkatnya kecakapan keuangan adalah seperangkat keterampilan dan pengetahuan yang memampukan seseorang membuat keputusan yang efektif dengan sumber daya keuangan yang dimiliki untuk memperbaiki kualitas hidup.
Media Literacy/ Kecakapan ber-media adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pesan media. Literasi media ditujukan agar pemirsa/pembaca sebagai konsumen media (termasuk anak-anak) menjadi sadar (melek) tentang cara media ikonstruksi (dibuat) dan diakses. Sama seperti literasi yang merupakan kemampuan untuk membaca dan menulis, literasi media mengacu kepada kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi serta menciptakan semua jenis pesan media.

Dalam kenyataannya dua literasi tersebut diatas menjadi kebutuhan bagi setiap orang. Gerak perubahan ekonomi dan teknologi menuntut kita beradaptasi. Salah satu parameter keberhasilan adaptasi adalah ketika seseorang atau komunitas melek/cakap berhadapan dengan subyek atau obyek kehidupan. Sebagai sebuah kemampuan/skill, kecakapan terhadap media dan keuangan dapat dipelajari atau dilatih.

*Andre Yuris -Founder NERAACADEMIA Surabaya