MUDA VS TUA SUDAH BASI

TUA VS MUDA SUDAH BASI

OLEH : ANDRE YURIS

Ramainya perdebatan dikotomi Tua dan Muda menjelang pilpres 2008 cukup menggelitik untuk disikapi. Wacana dikotomi tentu bukan hal baru dalam perpolitikan Indonesia. Sejarah mencatat dalam setiap perhelatan politik akan muncul wacana serupa, saat orde baru kita akrab dengan dikotomi orde lama-orde baru kemudian dikotomi sipil-militer, calon parpol-perseorangan paska reformasi. Sekarang mejelang pemilihan presiden 2009 dikotomi tua dan muda marak di wacanakan.

Tidak sekedar meramaikan perdebatan, dikotomi ini adalah bentuk polarisasi kepentingan kekeuasaan (power interest). Entah diakui atau tidak, kekuasaan merupakan konteks social utama (major of social contexs). Komunikator wacana ini udah pasti menginginkan agar wacana ini menjadi dominan untuk memuluskan kepentingan kekuasaan.

Foucault menyebut hal ini sebagai struktur diskursif yang membatasi cara pandangan kita tentang suatu obyek dalam batas-batas yang telah ditentukan. Presepsi kita terhadap suatu obyek dibentuk dan dibatasi oleh pandangan yang mendefinisikan sesuatu yang ini benar dan yang lainya salah. Bahwa genarasi tua sudah kedaluwarsa dan generasi muda yang lebih pantas memimpin, orang muda lebih layak dan orang tua tidak layak.

Para penggagas wacana ini tentu sadar betul konsekensi dari wacana ini. Selain karena wacana ini ada dalam konteks perebutan kekuasaan, wacana ini bukanlah kewajaran yang diterima secara luas oleh masyarakat pemilih. Konstruksi sosial budaya masyarakat kita tidak memberikan jaminan bahwa kaum muda layak memimpin. Masyarakat kita secara umum masih dibatasi oleh pemikiran bahwa pemimpin itu harus berpengalaman dan popular. Bukti nyatanya adalah dalam beberapa pilkada pertimbangan pengalaman dan popularitas masih merupakan pertimbangan utama pemilih. Ini adalah salah satu bukti dinsonansi kognitif dari komunikasi wacana Tua dan Muda.

Selanjutnya, pengkerdilan wacana ini dalam batasan usia adalah kekeliruan besar. Ketika usia yang pusat perdebatan, visi wacana ini akan semakin kerdil dan terpinggirkan. Kebutuhan regenerasi kepemimpinan nasional yang semula menjadi niatan utama menjadi terpinggirkan. Karena dalam perderbatan ini kepemimpinan disamakan dengan kekuasaan. Kalau orang muda yang memimpin yang tua akan disingkirkan, begitu juga sebaliknya. Ini sangat tidak elok untuk diwacanakan.

Alangkah baiknya wacana ini dibelokkan kearah yang menyehatkan dan mencerdaskan bangsa ini. Bahwa kepemimpinan bukan kekuasaan. Kepemimpinan adalah, pertama:Integritas terhadap nilai-nilai kebajikan dan keutamaan-keutamaan pribadi. pemimpin yang berintegritas adalah yang jujur, kompeten, cerdas, berpihak terhadap yang lemah, dapat dipercaya, berani dan dapat diandalkan. Kedua, visi (vison), pemimpin adalah yang mampu meletakan format dan kebijakan yang cerdas. Cerdas mengambil kebijakan dan kebijakan hari ini menjadi ancangan kedepan. Visi tidaklah sekadar mampu melihat kondisi materil, tetapi harus mampu melihat kedalam dan keluar,materil dan substansi untuk memberdayakan sikap, mental dan spiritual. Ketiga, kepemimpinan adalah relationship yang terbangun secara demokratis dan egaliter antara pemimpin dan yang dipimpin ( Asep Permana,Koran tempo, Rabu 6 agustus 2008). Pemimpin bukanlah penguasa pemimpin adalah pelayan dan pengayom rakyat.

Jadi bukan sekedar tua atau muda, pengalaman dan popolaritas. Kemimpinan harus dimakani secara bijak sebagai integritas,visi dan relationship. Menjelang Pilpres 2009, siapapun yang berlaga harus menyadari bahwa untuk dipilih rakyat, tidak perlu menyuruh orang lain untuk mundur dari pertarungan, tapi perlu cerdas dalam berwacana dan berprilaku. Rakyat sudah cukup cerdas dalam memaknai wacana dan menilai prilaku para calon pemimpinya. Rakyat tau bahwa wacana yang tidak mencerdaskan akan buruk pengaruhnya bagi masyarakat dan merusak ekosistem sosial. Wacana yang cerdas dan ekosistem sosial yang sehat adalah jaminan kebaikan bersama (bonum commune).

Andre Yuris, OMK Paroki HKY Surabaya,

Anggota UKMK St Paulus Unitomo Jurnalis Majalah Harmoni Surabaya,

Volentir KOMKEP Keuskupan Surabaya.

andrewednes@yahoo.co.id/ www. andreyuris.wordpress.com)

3 thoughts on “MUDA VS TUA SUDAH BASI”

Leave a comment